Kakek Sebatang Kara Tinggal di Tempat Penyimpanan Kayu Bakar Milik Warga Desa Sukaraja

Ahmad, kakek sebatang kara yang tinggal di tempat penyimpanan kayu bakar. (Foto/Kus).

LEBAK – Ahmad (70) seorang kakek yang hidup sebatang kara, tinggal ditempat penyimpanan kayu bakar milik salah satu warga Kampung Binglu, Desa Sukaraja, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak-Banten. Ahmad terpaksa tinggal di gubuk ini lantaran sudah tidak memiliki lagi tempat tinggal yang memadai setelah sebelumnya rumah miliknya yang beralamat di Kampung Cikeusik, Desa Malingping Selatan, dijual oleh anak-anaknya sekira tujuh bulan lalu.

Menurut keterangan Ahmad, saat ditemui wartawan pada Rabu (11/03/2020). Sebelumnya Ahmad tinggal dikampung cikeusik.

“Dulu saya tinggal dikampung Cikeusik Desa Malingping Selatan memiliki tempat tinggal yang layak dan keluarga yang utuh. Tapi setelah istri saya meninggal dan rumah saya dijual oleh anak-anak saya yang tinggal diluar kota. saya ditinggalkan sebatangkara mungkin mereka tidak kasihan sama saya,” kata Ahmad.

Sejak enam bulan terakhir, ia memanfaatkan gubug tempat penyimpanan kayu bakar untuk dijadikan tempat tinggal karena tidak ada lagi tempat untuk berteduh. Kalau musim hujan kadang kehujanan dan kedinginan karena atapnya suka bocor dan tidak Ada dinding samping bangunan.

Bahkan, untuk makan sehari – hari Ahmad hanya mengandalkan belas kasihan pemberian dari warga sekitar.

Uum, pemilik tempat penyimpanan kayu bakar mengaku iba dengan penderitaan Ahmad, sehingga ia merelakan tempat tersebut untuk digunakan sebagai tempat tinggal Ahmad.

Sebelumnya, Uum bercerita, bahwa Ahmad ini datang malam-malam sekitar 6 bulan lalu saat hujan turun. Menurut Uum, Ahmad hanya berdiri di depan rumahnya dengan kondisi badan yang sudah basah kuyup

Menurut, keterangan Uum, Ahmad sudah tidak memiliki tempat tinggal karena sudah dijual oleh anak-anaknya.

“Saya mengajaknya untuk tinggal disini karena kasihan. Dia sudah saya manggap seperti ayah sendiri, meski kehidupan saya susah tapi saya ikhlas merawat beliau. Kalau ada makanan ya kami makan bareng- bareng kalau gak ada ya kami pun lapar bareng-bareng kata Uum umamah wanita janda yang ditinggal mati suaminya.

Kondisi Uum yang juga hidup miskin, kini hanya menggantungkan hidup bersama dua anggota keluarga dari upah jualan tempe dan tahu keliling milik tetangganya. (Kus).